Tokeoh – Tokoh Penting Dibalik Hari Kebangkitan Nasional

Tokoh – Tokoh Penting Dibalik Hari Kebangkitan Nasional – KBRN, Cirebon: Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) adalah nyala pertama semangat persatuan untuk merebut kemerdekaan dari penjajahan. Setiap 20 Mei, bangsa Indonesia memperingatinya, menghormati momen berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, yang menjadi fondasi kokoh awal perjuangan menuju kebebasan. Semangat ini terus berkobar.

Kebangkitan Nasional mengenang nyala perjuangan bangsa yang dulu bangkit dari belenggu penjajahan, untuk membangun negeri yang merdeka. Kebangkitan ini mencerminkan semangat persatuan dan kesadaran nasional, saat organisasi-organisasi baru muncul, menyatukan rakyat dalam gerakan yang tak pernah terlihat sebelumnya selama masa penjajahan.

Melihat kembali sejarah, ada tokoh-tokoh penting yang menjadi pilar Kebangkitan Nasional pada 20 Mei di Indonesia. Berikut adalah enam tokoh yang memainkan peran kunci dalam momen bersejarah ini, yang harus kita kenang dan hargai untuk memahami makna sejati dari Hari Kebangkitan Nasional.

 Wahidin Soedirohoesodo

Bersama para sahabat perjuangannya, Wahidin Soedirohoesodo meluncurkan surat kabar Retno Dhoemilah pada tahun 1895 di Yogyakarta, yang menggunakan bahasa Jawa dan Melayu untuk menyuarakan ide-ide nasionalisme, pendidikan, dan etika. Melalui platform ini, ia mempropagandakan pentingnya pembaharuan dan kesadaran sosial. Pertemuan kunci dengan Soetomo pada akhirnya mengarah pada pendirian Budi Oetomo pada 20 Mei 1908. Organisasi ini berfungsi sebagai pionir dalam memperjuangkan pendidikan yang lebih baik dan kehormatan bangsa, membuka jalan bagi gerakan kemerdekaan dan pergerakan sosial yang lebih luas di Indonesia. Inisiatif ini menjadi landasan bagi upaya-upaya perjuangan selanjutnya.

Soetomo

Bersama Wahidin Soedirohoesodo, Soetomo mendirikan Budi Oetomo dan menjabat sebagai ketua organisasi yang berfokus pada pendidikan dan kebudayaan. Selain perannya dalam Budi Oetomo, Soetomo juga aktif sebagai dokter dan jurnalis, memimpin beberapa surat kabar untuk menyuarakan perubahan sosial. Ia mendirikan Indonesische Studie Club (ISC), sebuah wadah penting bagi kaum terpelajar yang berhasil membentuk koperasi, bank kredit, dan sekolah tenun. Melalui ISC, Soetomo berkomitmen memperbaiki kondisi sosial-ekonomi dan pendidikan, menyiapkan jalan bagi kemajuan masyarakat Indonesia di tengah tantangan penjajahan dan ketidakadilan. Kontribusinya mencerminkan dedikasi dan visi luas dalam perjuangan bangsa.

 HOS Tjokroaminoto

HOS Tjokroaminoto, sebagai orator ulung, memiliki kemampuan luar biasa dalam membangkitkan semangat patriotisme di kalangan pemuda Indonesia lewat pidatonya yang penuh energi dan inspirasi. Selain kecakapannya dalam berbicara, Tjokroaminoto memainkan peran krusial dalam Sarekat Islam, sebuah organisasi sosial-ekonomi dan keagamaan yang sangat berpengaruh pada masa itu. Sarekat Islam, di bawah kepemimpinannya, menjadi salah satu pilar utama perjuangan nasional dan pergerakan Islam di Indonesia, mendorong kesadaran sosial dan politik di kalangan rakyat. Kontribusinya yang besar membantu meletakkan dasar bagi perjuangan kemerdekaan dan memperkuat solidaritas umat dalam menghadapi penjajahan.

Soewardi Soerjaningrat

Soewardi Soerjaningrat, tokoh jurnalis dan pendidikan, memulai kariernya di berbagai surat kabar seperti Sediotomo dan De Express. Bersama Douwess Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij, yang keras melawan Belanda hingga diasingkan. Setelah kembali, ia mendirikan Tamansiswa dan mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara.

E. F. E. Douwes Dekker

Meski berdarah campuran Indonesia-Belanda, Ernest Francois Eugene (E.F.E) Douwes Dekker menolak ketidakadilan kolonial yang merajalela. Semangatnya untuk keadilan mendorongnya mendukung perjuangan rakyat Indonesia. Bersama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat, Douwes Dekker mendirikan Indische Partij, partai politik pertama yang secara tegas menentang kolonialisme Belanda. Komitmen mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan dan hak-hak rakyat tidak diterima oleh pemerintah kolonial, sehingga partai ini dibubarkan. Akibat tindakan berani, ketiga tokoh ditangkap dan diasingkan, namun perjuangan mereka tetap menginspirasi sejarah pergerakan nasional Indonesia.

Tjipto Mangoenkoesoemo

Tokoh kebangkitan nasional ini, Tjipto Mangoenkoesoemo, awalnya bekerja sebagai dokter pemerintah Belanda di Demak. Melihat ketidakadilan, ia lantang mengkritik melalui surat kabar seperti Bataviaasch Nieuwsblad dan De Locomotief. Akibatnya, ia diberhentikan. Bertemu Douwes Dekker dan Soewardi Soerjaningrat, mereka memimpin perjuangan, hingga Belanda menangkap dan mengasingkan mereka ke Belanda.

Tiga Serangkai dr. Tjipto Mangunkusumo, dr. Douwes Dekker, dan Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara) merintis Boedi Oetomo dan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas).

. Mereka memulai gerakan di tengah penderitaan dan kebodohan yang disebabkan oleh sistem kolonial Belanda, membangkitkan semangat nasionalisme.

Rendahnya sistem pendidikan dan tertutupnya informasi memicu Dr. Soetomo untuk mengubah keadaan. Ia membangun himpunan pelajar sebagai usaha mengejar ketertinggalan, membakar semangat kebangkitan, dan perjuangan demi kemerdekaan Indonesia. Inisiatifnya menjadi langkah awal dalam upaya memperbaiki nasib dan membangun kesadaran nasional.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-116 pada 2024 mengusung tema “Bangkit untuk Indonesia Emas”. Tema ini mencerminkan harapan agar masyarakat Indonesia bangkit membina persatuan di tengah keragaman. Dalam menghadapi perbedaan, Indonesia diharapkan terus bersatu dan berkembang menuju kemajuan yang lebih gemilang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *